PEMBAHASAN
A. Pengertian Sujud Sahwi
Sujud Sahwi adalah sujud dua kali
sesudah tasyahud ( Tahyat ) akhir, yang dilakukan sebelum salam.
Sujud sahwi merupakan sujud yang dilakukan oleh orang yang shalat
dan dia lupa salah satu bacaannya atau gerakan shalat. Hal ini didasari oleh
hadits Nabi saw yang berasal dari Abi Sa’id al-Khudriy (4-84 H) “apabila
seorang diantara kamu ragu dalam shalatnya, dia tidak ingat apakah ia telah
shalat tiga rakaat atau empat rakaat maka hendaklah keraguan itu dibuangnya dan
melanjutkan shalatnya sesuai dengan keyakinannya kemudian sujud dua kali
sebelum menutup shalat dengan salam.
Menurut mazhab Hanafi hukumnya wajib, akan tetapi selain dari itu hukumnya sunnah. Adapun untuk ma’mum tidak wajib melaksanakannya, akan tetapi yang melaksanakannya adalah imam dan ma’mum cukup mengikutinya saja. Adapun Mazhab Maliki yang mengatakan itu Sunnah, akan tetapi tigkatnya adalah sunnah mua’kad.
Menurut mazhab Hanafi hukumnya wajib, akan tetapi selain dari itu hukumnya sunnah. Adapun untuk ma’mum tidak wajib melaksanakannya, akan tetapi yang melaksanakannya adalah imam dan ma’mum cukup mengikutinya saja. Adapun Mazhab Maliki yang mengatakan itu Sunnah, akan tetapi tigkatnya adalah sunnah mua’kad.
Para ulama sepakat bahwa yang melatar-belakangi sujud
sahwi adalah lupa (ghaflah). Dan bahkan lafal “sahwi” sendiri artinya lupa,
lalai, alpa. Lupa ini mengakibatkan seseorang menambahi atau mengurangi gerakan
shalat. Sedangkan bila menambahi atau mengurangi gerakan shalat karena sengaja,
maka shalatnya batal.
B.
CARA MENGERJAKAN SUJUD SAHWI
Sujud Sahwi dilakukan dengan dua kali
sujud sebelum salam atau sesudahnya oleh seseorang yang sedang bershalat kedua
cara ini memang diajarkan oleh Rosulullah Saw.Dalam sebuah Hadits sahih dari
Sa’id al khudri bahwa Rosulullah Saw. Bersabda :
Jikalau salah seseorang diantaramu
ragu-ragu dalam sholatnya,hingga tak tahu berapa rakaat yang sudah
dikerjakannya, apakah tiga atau empat, maka baiknya ia menghilangkan mana yang
diragukan dan menetapkan mana yang diyakini, kemudian sujud dua kali sebelum
salam
C. Pensyariatan Sujud
Sahwi
Para ulama madzhab sepakat mengenai
disyariatkannya sujud sahwi. Di antara dalil yang menunjukkan pensyariatannya
adalah hadits-hadits berikut ini. Hadits-hadits ini pun nantinya akan dijadikan
landasan dalam pembahasan sujud sahwi selanjutnya.
Pertama:
Hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِذَا نُودِىَ بِالأَذَانِ أَدْبَرَ
الشَّيْطَانُ لَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ الأَذَانَ فَإِذَا قُضِىَ
الأَذَانُ أَقْبَلَ فَإِذَا ثُوِّبَ بِهَا أَدْبَرَ فَإِذَا قُضِىَ التَّثْوِيبُ
أَقْبَلَ يَخْطُرُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ
كَذَا. لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ إِنْ يَدْرِى كَمْ
صَلَّى فَإِذَا لَمْ يَدْرِ أَحَدُكُمْ كَمْ صَلَّى فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ
وَهُوَ جَالِسٌ
“Apabila adzan dikumandangkan, maka setan berpaling sambil
kentut hingga dia tidak mendengar adzan tersebut. Apabila adzan selesai
dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqomah, setan pun
berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia
akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata, “Ingatlah
demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak
mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa
rakaat dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa
rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk.”
(HR. Bukhari no. 1231 dan Muslim no. 389)
Kedua:
Hadits Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِى
صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلاَثًا أَمْ أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحِ
الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ
أَنْ يُسَلِّمَ فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتَهُ وَإِنْ كَانَ
صَلَّى إِتْمَامًا لأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ
“Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam shalatnya, dan
tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, tiga ataukah empat rakaat maka
buanglah keraguan, dan ambilah yang yakin. Kemudian sujudlah dua kali sebelum
salam. Jika ternyata dia shalat lima rakaat, maka sujudnya telah menggenapkan
shalatnya. Lalu jika ternyata shalatnya memang empat rakaat, maka sujudnya itu
adalah sebagai penghinaan bagi setan.” (HR. Muslim no. 571)
Ketiga:
Hadits Abu Hurairah, ia berkata,
صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ إِمَّا الظُّهْرَ
وَإِمَّا الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَتَى جِذْعًا فِي قِبْلَةِ
الْمَسْجِدِ فَاسْتَنَدَ إِلَيْهَا مُغْضَبًا وَفِي الْقَوْمِ أَبُو بَكْرٍ
وَعُمَرَ فَهَابَا أَنْ يَتَكَلَّمَا وَخَرَجَ سَرَعَانُ النَّاسِ قُصِرَتْ
الصَّلَاةُ فَقَامَ ذُو الْيَدَيْنِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَقُصِرَتْ
الصَّلَاةُ أَمْ نَسِيتَ فَنَظَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَمِينًا وَشِمَالًا فَقَالَ مَا يَقُولُ ذُو الْيَدَيْنِ قَالُوا صَدَقَ لَمْ
تُصَلِّ إِلَّا رَكْعَتَيْنِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ
سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَعَ
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami kami
shalat pada salah satu dari dua shalat petang, mungkin shalat Zhuhur atau
Ashar. Namun pada raka’at kedua, beliau sudah mengucapkan salam. Kemudian
beliau pergi ke sebatang pohon kurma di arah kiblat masjid, lalu beliau
bersandar ke pohon tersebut dalam keadaan marah. Di antara jamaah terdapat Abu
Bakar dan Umar, namun keduanya takut berbicara. Orang-orang yang suka
cepat-cepat telah keluar sambil berujar, “Shalat telah diqoshor (dipendekkan).”
Sekonyong-konyong Dzul Yadain berdiri seraya berkata, “Wahai Rasulullah,
apakah shalat dipendekkan ataukah anda lupa?” Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam menengok ke kanan dan ke kiri, lalu bersabda, “Betulkan apa
yang dikatakan oleh Dzul Yadain tadi?” Jawab mereka, “Betul, wahai
Rasulullah. Engkau shalat hanya dua rakaat.” Lalu beliau shalat dua rakaat
lagi, lalu memberi salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian
bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau
sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit.” (HR. Bukhari
no. 1229 dan Muslim no. 573)
Keempat:
Hadits ‘Imron bin Hushain.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- صَلَّى الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِى ثَلاَثِ رَكَعَاتٍ ثُمَّ دَخَلَ مَنْزِلَهُ
فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ الْخِرْبَاقُ وَكَانَ فِى يَدَيْهِ طُولٌ
فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَذَكَرَ لَهُ صَنِيعَهُ. وَخَرَجَ غَضْبَانَ
يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى النَّاسِ فَقَالَ « أَصَدَقَ هَذَا ».
قَالُوا نَعَمْ. فَصَلَّى رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ
سَلَّمَ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat ‘Ashar
lalu beliau salam pada raka’at ketiga. Setelah itu beliau memasuki rumahnya.
Lalu seorang laki-laki yang bernama al-Khirbaq (yang tangannya panjang)
menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya, “Wahai Rasulullah!” Lalu
ia menyebutkan sesuatu yang dikerjakan oleh beliau tadi. Akhirnya, beliau
keluar dalam keadaan marah sambil menyeret rida’nya (pakaian bagian atas)
hingga berhenti pada orang-orang seraya bertanya, “Apakah benar yang dikatakan
orang ini?“ Mereka menjawab, “Ya benar”. Kemudian beliau pun shalat satu rakaat
(menambah raka’at yang kurang tadi). Lalu beliau salam. Setelah itu beliau
melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud. Kemudian beliau salam lagi.”
(HR. Muslim n o. 574)
Kelima:
Hadits ‘Abdullah bin Buhainah.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِي صَلَاةِ الظُّهْرِ وَعَلَيْهِ جُلُوسٌ فَلَمَّا
أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ
جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ وَسَجَدَهُمَا النَّاسُ مَعَهُ مَكَانَ مَا نَسِيَ
مِنْ الْجُلُوسِ
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melaksanakan
shalat Zhuhur namun tidak melakukan duduk (tasyahud awal). Setelah beliau
menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali, dan beliau bertakbir pada
setiap akan sujud dalam posisi duduk sebelum. Beliau lakukan seperti ini
sebelum salam. Maka orang-orang mengikuti sujud bersama beliau sebagai ganti
yang terlupa dari duduk (tasyahud awal).” (HR. Bukhari no. 1224 dan Muslim
no. 570)
Keenam:
Hadits ‘Abdullah bin Mas’ud.
صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- خَمْسًا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَزِيدَ فِى الصَّلاَةِ
قَالَ « وَمَا ذَاكَ ». قَالُوا صَلَّيْتَ خَمْسًا. قَالَ « إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ أَذْكُرُ كَمَا تَذْكُرُونَ وَأَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ ». ثُمَّ
سَجَدَ سَجْدَتَىِ السَّهْوِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama
kami lima raka’at. Kami pun mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah engkau
menambah dalam shalat?” Lalu beliau pun mengatakan, “Memang ada apa tadi?” Para
sahabat pun menjawab, “Engkau telah mengerjakan shalat lima raka’at.” Lantas
beliau bersabda, “Sesungguhnya aku hanyalah manusia semisal kalian. Aku bisa
memiliki ingatan yang baik sebagaimana kalian. Begitu pula aku bisa lupa
sebagaimana kalian pun demikian.” Setelah itu beliau melakukan dua kali sujud
sahwi.” (HR. Muslim no. 572).
D. Pendapat dari beberapa mahzab mengenai sujud sahwi
Ø
Menurut Imam Syafii
Menurut Imam Syafi’i ada enam hal sebab kita melakukan
sujud Sahwi yaitu
1. Apabila pekerjaan sunnah mu’akkad ditinggalkan
oleh imam atau orang yang shalat sendirian seperti membaca qunut dalam shalat
subuh, berdiri untuk membaca qunut, membaca shalawat tahyiat awal dan membaca
shalawat kepada keluarga Nabi. 2.Memindahkan bacaan yang sifatnya rukun
misalanya memaca al-fatihah pada waktu duduk atau sujud dan lain sebagainya.
3. Meninggalkan amalan yang jika secara sengaja
ditinggalkan maka shalat hukumnya batal.
4 Apabila terjadi keraguan dalam perhitungan
rakaat.
5. Apabila terjadi
keraguan dalam meninggalkan bagian tertentu dari shalat seperti ragu qunut atau
belum.
6. Mengiukuti salat seorang imam yang jelas
meninggalkan doa qunut.
Adapun
bacaan yang dibaca ketika sujud sahwi adalah subh{ana man la> yana>mu wa
la> yashu> (maha suci Allah yang tidak pernah tidur dan tidak pernah
lupa). Sedangkan tata cara sujud sahwi menurut ulama mazhab syafi’I ialah sama
dengan sujud biasa, tapi dilakukan sebelum salam.
Hal ini perlu kita sadari karena kadang-kadang kita telah mengabaikan hal-hal yang kecil, sehingga kita dapat melupakan hal yang besar. Marilah kita memperhatikan hal yang kecil dan menyelesaikan hal tersebut, sehingga kita menanggulangi hal-hal yang besar.terim kasih atas perhatiannya.
Hal ini perlu kita sadari karena kadang-kadang kita telah mengabaikan hal-hal yang kecil, sehingga kita dapat melupakan hal yang besar. Marilah kita memperhatikan hal yang kecil dan menyelesaikan hal tersebut, sehingga kita menanggulangi hal-hal yang besar.terim kasih atas perhatiannya.
Ø
Menurut Imam Imam Hanafi
Sujud
sahwi hukumnya wajib menurut pendapat Hanafi, dan jika ditinggalkan berdosa
tetapi tidak membatalkan shalat.
Dikecualikan sujud sahwi dalam shalat jum’at dan shalat dua hari raya, maka
yang lebih utama tidak dilakukan dalam shalat-shalat ini.
Menurut mereka faktor yang menyebabkan sujud sahwi adalah sebagai berikut :
Pertama,lebih
atau kurang sesuatu dalam sholatnya sebanyak satu rokaat atau lebih.Jika ia
yakin lebih satu rakaat dalam Sholatnya,nisalnya ia sholat zuhur empat rakaat,
kemudian berdiri rakaat yang kelima dan setelah bangkit rukuk,ia sadar bahwa
ternyata rakaatnya itu adalah yang kelima, ia boleh memotong sholatnya dengan
mengucapkan salam sebelum duduk.Dan boleh juga ia duduk,lalu mengucapkan
salam.Kemudian,ia wajib bersujud sahwi.Hukum yang sama berlaku jika yakin bahwa
ia kurang satu rakaat, misalnya,
melaksanakan sholat zuhur tiga rakaat, lalu duduk,kemudian ingat, maka ia wajib
berdiri untuk melaksanakan rakaat ke empat kemudian bertasyahud,membaca
sholawat,lalu melakukan sujud sahwi.
Kedua,lupa
terhadap duduk yang terakhir yang wajib, tetapi ia berdiri. Hukumnya dalam hal
ini, hendaknya ia kembali sebatas lama tasyahud’kemudian mengucapkan salam
serta sujud sahwi karena ia telah menunda kewajiban duduk dari waktu yang
seharusnya.
Ø Menurut
Imam Hambali
Ulama
mazhab Hanbali berpendapat mengenai makmum yang imamnya melakukan sujud. Maka
dalam keadaan demikian ia wajib sujud sahwi karena mengikuti imam. Dan selain
ini hukumnya adalah sunah. (Abd. Qadir,
2008. Hal 370).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : “Kapan wajibnya
sujud sahwi, sebelum atau sesudah salam ..?Sujud sahwi adalah dua kali sujud
yang dilakukan orang shalat untuk menambali kekurang sempurnaan shalatnya
lantaran kena lupa. Sebab kelupaan ada 3 yaitu ; kelebihan, kekurangan dan keraguan. (Abd. Qadir, 2008. Hal 370).
Kelebihan (tambah) : Jika yang shalat sengaja menambahkan berdiri, duduk,
ruku’ atau sujud, batallah shalatnya. Jika ia lupa akan kelebihannya dan baru
sadar ketika sudah selesai, maka ia wajib sujud sahwi. Jika sadarnya itu terjadi
di tengah-tengah shalat, hendaklah ia kembali ke shalatnya lalu sujud sahwi.
Contohnya, jika ia lupa shalat Zuhur lima raka’at dan baru ingat sedang
tasyahud, hendaklah ia sujud sahwi dan salam. Jika ingatnya itu di
tengah-tengah raka’at kelima, hendaklah langsung duduk tasyahud dan salam.
setelah itu sujud sahwi dan salam. (Abd.
Qadir, 2008. Hal 370).
Cara di atas bersumber kepada hadits dari Abdullah bin Mas’ud yang
menerangkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah shalat Zhuhur lima
rakaat. Lalu ditanyakan apakah ia menambahkan raka’at shalat .? Maka setelah
para sahabat menjelaskan bahwa beliau shalat lima raka’at, beliau langsung
bersujud dua kali setelah salam (shalat). Riwayat lain menjelaskan bahwa ketika
itu beliau berdiri membelahkan kedua kakinya sambil menghadap kiblat lalu sujud
dua kali dan salam. (Abd. Qadir, 2008. Hal 370).
Ø Menurut
Imam Malik
Madzhab Al-Malikiyah Dan
Sebuah Riwayat Dari Imam Ahmad bin Hanbal
Sedangkan Al-Malikiyah dan menurut sebuah riwayat dari Imam Ahmad
bin Hanbal, bahwa harus dibedakan sujud sahwi berdasarkan bentuk lupanya. Bila
lupanya adalah kekurangan dalam gerakan shalat, maka sujud sahwi dilakukan
sebelum salam. Dan sebaliknya bila kelebihan gerakan, maka sujudnya sesudah
salam atau setelah selesai shalat. Dalilnya adalah hadits:
Dari Abdullah bin Malik bin Buhainah radhiyallahu anhu, ia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri dari raka’at kedua shalat Dzuhur tanpa melaksankan duduk (tasyahud awal) terlebih dahulu, kemudian setelah beliau menyelesaikan shalatnya beliau sujud dua kali kemudian mengucapkan salam setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri dari raka’at kedua shalat Dzuhur tanpa melaksankan duduk (tasyahud awal) terlebih dahulu, kemudian setelah beliau menyelesaikan shalatnya beliau sujud dua kali kemudian mengucapkan salam setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan bila lupa yang menyebabkan kelebihan gerakan shalat, maka
sujudnya sesudah salam. Dalilnya adalah hadits:
Dari Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu anhu, ia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat bersama kami lima raka’at. Lalu kami bertanya,”Apakah ada perubahan (tambahan) dalam shalat?” Beliau bertanya ”Memangnya kenapa?”. ”Anda shalat lima raka’at wahai Rasulullah”, jawab kami. “Sesungguhnya aku adalah manusia seperti kalian, jadi aku mengingat seperti kalian mengingat dan lupa seperti kalian lupa.” Lalu beliau sujud dua kali.” (HR. Muslim)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat bersama kami lima raka’at. Lalu kami bertanya,”Apakah ada perubahan (tambahan) dalam shalat?” Beliau bertanya ”Memangnya kenapa?”. ”Anda shalat lima raka’at wahai Rasulullah”, jawab kami. “Sesungguhnya aku adalah manusia seperti kalian, jadi aku mengingat seperti kalian mengingat dan lupa seperti kalian lupa.” Lalu beliau sujud dua kali.” (HR. Muslim)
II.
DAFTAR PUSTAKA
Deradjat.Zakiah.1988.Sholat menjadikan Hidup Bermakna.Jakarta : CV Ruhama
Rasjid.Sulaiman.2010.Fiqih Islam.Bandung :SinarBaru Alesindo
Ash Shiddieqy.Muhammad Hasbi.Tengku.2000. Pedoman Sholat.Semarang : PT Pustaka
Rizki Putra
Syaf.Mahyuddin.1973.Fiqih Sunah 1.Bandung : PT Alma’arif
Al-Jaziri.Abdurrahman
Syeikh.2005.KitabSholat
Fikih Empat Mazhab.Jakarta Selatan : PT Mizan Publika
Sabid.Sayyid.1973.Fiqih
Sunah1.Bandung.PT.Alma’arif
Lisanul
‘Arob, Muhammad bin Makrom binn Manzhur Al Afriqi Al Mishri, 14/406, Dar
Shodir.
Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/459, Al Maktabah At
Taufiqiyah.
0 Response to "SUJUD SAHWI"
Post a Comment